Tuesday, May 22, 2012

Day 17 - Hidup

lampu itu mati.
seperti hasrat seekor cicak pada ekornya yang telah putus.

sepi dan damai.
seperti nyanyian jangkrik dan tuan kodok di tengah sawah becek.
kemana perginya sang ular kadut?

kucing itu tersambar petir.
menggelepar gosong dikerubungi semut.

mengapa?
karena hidup itu tak selalu seperti yang kita inginkan.

Sunday, May 20, 2012

Day 16 - Jelaga

bumi berputar keluar dari porosnya.
mengapa kau tertawa wahai makhluk jotunheim?
apakah aku pantas ditertawakan?
apakah kau terlalu angkuh?

jelaga menghitam di balik coreng moreng wajahmu.
jangan menangis wahai gadis cilik.
payung pink kecilmu nanti termakan angin.

kaki semut saling beradu.
seperti tarian alam yang tak berdosa.
melenguh bagai domba tercabik-cabik.
sudahkah dia pergi?

wahai kapur barus yang menguap.
angin bahorok yang tertunda.
sudahkah dia bahagia?
sudahkah aku rela?

Friday, May 18, 2012

Day 15 - Dandelion

malam ini kedua kakiku kugerakkan mundur perlahan menuju taman itu.
taman yang selalu aku lewati sepulang sekolah.

kupetik sebatang dandelion.
kupejamkan mata.
aku tiup keras-keras.

Tuesday, May 15, 2012

Day 14 - Mengapa

wahai langit, mengapa tuan awan berwarna kelabu?
wahai rumput, mengapa tuan kuda menangis?
wahai kolam, mengapa tuan ikan mengambang diam?
wahai angin, mengapa kau terbangkan tuan burung merpatiku?

Monday, May 14, 2012

Day 14 - Jeruji

denting bel berbunyi.
anak-anak kecil berhamburan keluar dari kelasnya dan mengajak duel sang hujan.

aku disini.
menyaksikan keceriaan mereka dari balik jeruji.
dingin.

Friday, May 11, 2012

Day 13 - Anak Itu

bola sepak plastik berwarna hijau muda itu dikempit kedua kaki anak kecil itu.
ia tertawa riang.
tangan kirinya yang belepotan lumpur, ia gunakan untuk memegang gagang es potong.
sementara tangan kanannya merogoh dalam-dalam saku celana olahraganya.

tawanya perlahan sirna.
dan ia mulai menangis berteriak sekeras-kerasnya.

uang jajannya terjatuh.

Wednesday, May 09, 2012

Day 12 - Hutan

di dalam hutan aku menari.
pohon tinggi, mawar berduri.
semak belukar terasa seperti lautan karpet bulu yang halus.
menggelitiki telapak kaki dengan malu-malu.

jalan setapak berkelok tak karuan.
membatasi realita dan imajinasi dengan sejumput daun pohon damar.
mengapa rusa-rusa itu bersembunyi ketika aku melangkahkan jari kaki?

ujung jalan setapak telah terlihat.
cahaya putih pekat itu semakin lama semakin memakanku dari depan.
gerakanku semakin liar.
langkahku membabi buta.
nafasku tercekat tak berirama.

aku pulang.

Tuesday, May 08, 2012

Day 11 - Waisak

ketika lampion dan bulan purnama menyatu.
patung-patung Buddha yang tak berkepala pun ikut tersenyum.

separuh jiwaku tertinggal di Borobudur malam itu.

Saturday, May 05, 2012

Day 10 - Nyamuk

hanya nyamuk yang menemaniku kemana kakiku melangkah.


mengapa?

karena kecintaannya yang tulus pada si jabang bayi.

Friday, May 04, 2012

Day 9 - Baru

bau segar tempat baru menyegak rongga hidung hingga ke otak.
kaki kelaparan, perut pun kelelahan.

namun tak ada yang bisa merenggut bulan sabit dari bibirku.

Thursday, May 03, 2012

Day 8 - Lepas

sunyi.

mengapa kodok-kodok itu berhenti bernyanyi,
ketika tawa terlepas dari genggaman?

sunyi.

Wednesday, May 02, 2012

Day 7 - Komidi Putar

kambing-kambing itu mengembik tak karuan.
seperti tuannya yang kelaparan.
duduk, berdiri, duduk, berdiri,
akankah kau mencari?

surga itu ada di setiap nafasmu.
ketika jiwaku dan ragamu menyatu.
jika balon-balon itu dilepaskan ke sangkar perak
akankah matamu terbelalak?

sirine meraung dari ujung telinga.
bergelut dengan sakitnya dunia.
tangan seorang gadis terlepas dari engselnya.
akankah kau menikmatinya?

rentetan peluru terhenti tawa sang tuan.
meninggalkan satu dua tiga kekosongan.
komidi putar terus terputar.
akankah akal sehatmu tergetar?

Tuesday, May 01, 2012

Day 6 - Aku dan Kau

untuk apa awan itu ada,
jika yang kau inginkan hanyalah hamparan biru?

untuk apa pohon-pohon pinus itu ada, jika yang kau inginkan hanyalah bentangan rumput liar tinggi?

Milikku belum tentu milikmu.
Tergantung siapa yang meminta.

Monday, April 30, 2012

Day 5 - Cermin

"Siapa aku?" tanyaku pada cermin.

cermin terdiam membatu sementara otakku berputar seperti gasing usang.
lalu keran air tercekat rusak dan muntah air bercacing dari seluruh tubuhnya.

"Siapa aku?" ulangku.

cermin masih terduduk kaku.
air keran memberontak semakin menjadi-jadi.
laba-laba merobekkan sarangnya dan menggerakkan kedelapan kakinya dengan cepat.

"Siapa aku?!" teriakku.

cermin itu pecah.
menimbulkan erangan memekik yang menakutkan.
kepingannya saling berloncatan kegirangan, berlomba masuk ke tepian daging kakiku.

setelah semuanya menjadi hening kembali, aku mulai menyadari.
bahwa cermin itu lebih berharga dari semua pertanyaanku.

Sunday, April 29, 2012

Day 4 - Kau


Ketika kau munculkan wajahmu di balik tidur.
Jantungku serasa lepas dari engselnya.

Ketika kau letakkan kepalaku di bahumu.
Ku tarik jauh ujung-ujung bibirku berlawanan arah, membentuk bulan sabit.

Ketika ku buka mataku.
Aku sadar pipiku basah.

Saturday, April 28, 2012

Day 3 - Pergi


Pergi jauh.
Sampai kau lihat diriku menjadi titik hitam kecil di bentangan horizon luas.
Langit semakin biru.
Awan semakin malu.

Kolam ikan mas menyapu kakiku.
Menunduk.
Membungkuk.
Berlutut.
Lalu ku benamkan wajahku sepenuhnya.

Aku menangis sejadi-jadinya.

Friday, April 27, 2012

Day 2 - Dia


“Hai, kamu.” Sapa dia dengan ramah pada diriku.

Aku tersenyum, memperlihatkan gigi susuku yang kehitaman dengan tulus.

Lalu dia diculik angin.

Thursday, April 26, 2012

Day 1 - Untitled


Mengapa kau melamun, wahai bintang yang paling bersinar di langit?
Bukan kau yang kosong.

Mengapa kau berteriak, wahai bintang yang paling bersinar di langit?
Bukan kau yang marah.

Mengapa kau menangis, wahai bintang yang paling bersinar di langit?
Bukan kau yang kesakitan.

Sarang burung itu terjatuh begitu saja.
Tanpa sebab.
Terburai bagai bulu bantal yang berhamburan mendengar bel istirahat sekolah.
Lalu meringkuk ke dalam sepi.

Diam-diam, sang angin tertawa puas dari balik awan kumulus.
Melirik bebek jelek itu dari kepala sampai kaki.