Mengapa kau melamun, wahai bintang yang paling bersinar di
langit?
Bukan kau yang kosong.
Mengapa kau berteriak, wahai bintang yang paling bersinar di
langit?
Bukan kau yang marah.
Mengapa kau menangis, wahai bintang yang paling bersinar di
langit?
Bukan kau yang kesakitan.
Sarang burung itu terjatuh begitu saja.
Tanpa sebab.
Terburai bagai bulu bantal yang berhamburan mendengar bel
istirahat sekolah.
Lalu meringkuk ke dalam sepi.
Diam-diam, sang angin tertawa puas dari balik awan kumulus.
Melirik bebek jelek itu dari kepala sampai kaki.
No comments:
Post a Comment